Kamis, 11 Agustus 2011

The Zero Moment Of Truth

What is that?? It looks like some kind of psychic or something, isn’t it?? Hehehe …. i’m afraid that I have to say yessss …tapi kondisi psikis apa? Siapa? Kenapa? Dimana? Bagaimana? Kepada siapa? Well, tunggu penjelasannya. Sabar… Ok, here goes my explanation , tapi mohon maaf sebelumnya jika nanti ada yang salah tulis atau ketik gan hehe, kan ni lagi Ramadhan , berbaik-baiklah kepada sesama, khususnya saya he, kalo gak baik sama saya, nanti saya mokel lo ( opo urusane ???). Lanjut… judul tulisan di atas saya ambil dari nama judul sebuah buku, tepatnya sebuah e-book yang persis sama, dikeluarin oleh tim Google sendiri yaitu: The Zero Moment Of Truth . Buku ini sangat bagus gan, sangat saya rekomendasikan kepada semua temen2 pembaca yang concern dengan pemasaran , bagus kok sumpah bagus (puasa puasa, dilarang bohong)!! Buku bertema pemasaran ini bercerita tentang perubahan perilaku konsumen dalam decision making process , dan proses pembelian sebuah produk saat ini.... A: Loh? Emang perubahan yang gimana se? prasaan dari dulu ya gitu itu deh. B: ok, biar simpel, kita main contoh saja ya. dalam buku ini, penulis sempat bercerita bahwa beberapa bulan yang lalu, dia pernah menginap di sebuah hotel yang berukuran agak besar di New York City . Suatu saat si penulis ini berjalan pulang ke hotel setelah seharian berpergian. Dalam perjalanan ke kamarnya, si penulis sempat melihat poster di lobi hotel: “saksikan the Max Weinberg Band di ballroom malam ini, jam 8 malam". Setelah membaca poster itu, si penulis sepertinya mulai tertarik dengan Bandnya si Max ini. 
Seperti yang kita ketahui, sampai di sini, situasi atau kondisi dimana si penulis mulai tertarik dengan si Bandnya Max itu merupakan sebuah situasi pemasaran klasik: kok bisa klasik? ya karena simpel, seorang konsumen akan mengkonsumsi produk setelah adanya stimulus dari produsen. Yang dalam hal ini, stimulusnya adalah poster – “saksikan Max Weinberg – dan pastinya respon si penulis pasti umunya adalah pergi ke ballroom jam 8 malam, beli tiket dan menonton pertunjukannya. So simple isn’t it??  Namun ternyata si penulis ini tidak melakukan hal itu, dia lebih memilih masuk ke kamar, buka laptop, n mulai searching tentang segala info bandnya Max Weinberg ini. Tentang apa aliran musiknya, berapa harga tiketnya, gimana sih ballromnya, dan lain-lain. Setelah puas mengorek info, si penulis ini pun akhirnya mengambil keputusannya. 
Keliatan gak perbedaanya? Keliatan jelas kan ya? (kalo gak jelas, pake kaca pembesar) situasi pemasaran klasik itu begitu simpel, begitu calon konsumen mendapat stimulus sebuah produk, maka dia akan langsung mencobanya. Tapi sekarang, situasi pemasaran sudah berbeda, ketika calon konsumen mendapatkan stimulus sebuah produk, maka dia tidak akan langsung mencobanya, tapi dia akan cari informasi terlebih dahulu secara online . Ada sebuah langkah yang sifatnya baru, yang itu penting di mata konsumen tapi sering terlewatkan di mata produsen, apa itu? The information searching step right before the consumer make decision step, to buy or not
Oleh tim Google, momen pencarian informasi secara online inilah yang telah mengubah aturan-aturan baku pemasaran. Mereka percaya bahwa momen tersebut adalah sebuah model pengambilan keputusan baru yang terjadi ribuan kali per hari di mobile phones, laptop, notebook , netbook , dll. Momen tersebut adalah sebuah momen ketika pemasaran sedang berlangsung, arus informasi sedang mengalir, dan momen ketika para konsumen membuat keputusan yang akan mempengaruhi sukses tidaknya hampir semua merek di dunia ini. Nah luh! Sangar kan?? Na kalo masih penasaran dengan buku ini, saya kasih deh link untuk download  (via Mediafire) nya… beberapa website juga sudah membahas buku ini salah satu diantaranya marketingpilgrim.com dan google-cpg.blogspot.com Monggo dikunjungi.... :)

  share Seriale Online Subtitrate